Thursday, 10 September 2015 0 comments

Ketika Semua Berakhir

Ketika Semua Berakhir
(Sepasang Angka “33”)


Doa dan Cinta
Selamat ulang tahun 嘉,sepasang angka tiga kini menjadi usiamu. Aku bukan orang yang sejak awal bersamamu, aku juga bukan orang yang tahu semua perjalanan hidupmu. Namun, aku yakin selama 33 tahun ini, banyak sekali hal yang kamu alami. Waktu dan semua kehidupanmu pasti terus berputar. Dan aku percaya memasuki usiamu yang ke 33 tahun ini kamu semakin kuat, tegar dan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Tidak yang bisa aku berikan sebagai kado di hari spesial ini. Namun, cinta tulusku semoga bisa menjadi sesuatu yang istimewa untukmu. Meski aku sendiri ragu, apa ketulusan itu masih bisa mempertahankanmu.
嘉,Terimakasih
Kamu mengijinkanku mengenalmu
Mengijinkanku masuk ke dalam kehidupanmu
Mengijinkanku mencintaimu
Dan kamu telah menuliskan sebait luka perpisahan di hari yang indah

Aku dan Kamu Sama dengan Kita
Perkenalan dari manapun tidak akan menjadi halangan untuk menjalin sebuah hubungan. Kejujuran adalah  modal awal. Berawal dari wechat kita saling mengenal, akhir tahun 2013 silam. Persahabatan kita terjalin hingga menumbuhkan benih-benih cinta dalam diam. Dan pada malam itu, kita menautkan sebuah janji untuk bersama, lebih saling mengenal dan memahami. Aku dan kamu resmi menjadi kita. Kita dengan segala penerimaan. Belajar saling menerima kekurangan juga saling melengkapi.

Bahagiaku, Ada Padamu
Sejak bersamamu hidupku “kembali”. Masa-masa sulit yang aku alami sebelumnya begitu mudah aku jalani, kamu yang membantu kembali bangkit. Meski bukan hanya kamu, tapi kamu tetap yang istimewa.
Bersamamu aku menemukan banyak hal. Aku banyak belajar darimu. Dan kamu mengajarkan begitu banyak cara menjalani hidup dengan begitu santai meski, beban berat ada di pundakmu. Darimu pula aku mengerti arti keluarga di atas segalanya.
 Aku bahagia dengan kehadiranmu di dalam kehidupanku. Penghargaanmu yang tinggi untukku, hal terbesar yang membuatku semakin mencintaimu. Sekian banyak laki-laki asing yang pernah dekat denganku, hanya kamu yang benar-benar bisa menghargai dan menghormati prinsip terbesarku. Jadi tidak akan aku sesali, cinta ini kulabuhkan untukmu, .
Kamu satu yang mendekati sempurna. Cinta dan cerita kita yang luar biasa tidak akan mungkin terhapus begitu saja dari ingatanku. Perjalanan kita terlalu manis untuk dilupakan.

Tidak Ada yang Tidak Berakhir
Hidup sama halnya dengan roda sepeda. Akan terus berputar selama kita mengayuhnya. Begitu juga dengan hubungan kita. Selama kita bersama semua akan berputar. Di balik kebahagiaan pasti ada kesedihan dan di balik kebersamaan kita ternyata ada sebuah akhir.
Akhir yang tidak sama-sama kita inginkan namun, terjadi dalam kebersamaan kita yang belum lama. Apa yang bisa kita lakukan lagi, ketika semua usaha untuk tetap bersama hanya membuat kita lelah tanpa arti. Perjuangan yang sia-sia juga pengorbanan yang sekarang tidak berarti. Namun, aku percaya sebenarnya semua tidak ada yang sia-sia. Hanya perlu menunggu waktu untuk menikmati apa yang telah kita perjuangkan, juga kita korbankan.
Luka kembali kita rasakan. Biarkan saja itu. Nanti juga akan mengering dan terlupa meski, proses menuju itu tidaklah mudah. Ya tangisku, jangan kamu tanyakan lagi. Aku bisa mengatasinya.
Hari-hari menjelang hari jadimu, kita harus melepas status kita, kembali menjadikan aku dan kamu yang berbeda. Tidak lagi bersama juga tidak lagi sejalan.

Orang Baik Bukan Berarti tanpa Salah, Bukan?
Tidak ada yang sempurna. Dalam perpisahan ini aku dan kamu sama-sama bersalah. Keadaan pun juga ikut andil dalam hal ini. Kita sudah sama-sama dewasa, aku tidak akan pernah menyalahkanmu tentang perpisahan ini. Berharap pula kamu tidak juga menyalahkanku.
Semua sudah berjalan sesuai apa yang telah Tuhan tuliskan, takdir mungkin bisa kita rubah. Namun, sampai di detik ini kita berteguh hati untuk melepas status kita. Mengakhiri semua rasa yang pernah menyatukan kita.
Kamu orang baik, meski berkali-kali kamu mengatakan jika kamu bukan orang yang baik dan tidak pantas untukku.  Namun, apa kamu tahu jika kamu adalah pria terbaik yang pernah bersamaku.
Orang baik tidak lepas dari slah, bukan? Begitu juga denganmu. Tapi, sungguh aku tidak ingin mengungkit semua kesalahanmu, karena aku jika tidak ingin kamu mengungkit kesalahan yang pernah aku lakukan.
Semuanya, perjalanan dan warna-warni hubungan kita biarkan saja menjadi rahasia terindah kita. Cukup kita yang tahu apa yang sebanrnya terjadi. Bagiku kamu tetaplah orang baik, yang akan tetap ingin aku cintai, meski kita tidak lagi bersama.

Aku Sangat Baik Tanpamu, Aku Berharap Kamu Lebih Baik Dariku.
Siapa yang tidak terluka dengan sebuah perpisahan. Begitu juga dengan aku dan kamu. Kita sama-sama terluka. Aku lebih memilih menangis dan menuliskan semua kepedihanku, sementara kamu, lebih memilih segera menjauh dariku dan diam.
Tidak ada yang bisa kita perbaiki sekarang. Kit

a hanya butuh waktu untuk memulihkan semua keadaan ini seperti semula, dimana aku dan kamu masih menjadi pribadi masing-masing, belum menjadi kita.
Jika aku bilang ikhlas dengan semua ini, mungkin aku kelihatan sangat munafik. Karena sungguh berpisah denganmu benar-benar menyakitkanku. Namun, aku berusaha untuk menerima apa yang telah kita putuskan.
Detik ini aku sudah sangat baik, aku bisa tersenyum tulus, meski jujur hatiku masih terasa sakit. Jika aku tidak segera bangkit, sampai kapan aku akan terpuruk. Aku selalu bilang pada diriku sendiri jika aku kuat, aku harus segera bangkit karena aku tidak mau terperangkat dalam kepedihan ini terlalu lama. Satu keyakinanku, kelak jika benang jodoh tertaut untuk kita maka nanti akan kembali. Ya kamu aku yakini bisa kembali.
Aku sudah kembali, aku sangat baik. Aku berharap kamu jauh lebih baik dari keadaanku. Percaya dan yakinlah, jika aku tidak akan pernah membencimu. Sedalam apapun luka yang tergores di hati karena perpisahan ini


Jika kamu benar-benar mencintaiku, aku yakin kamu akan kembali mencariku.
Biarkan aku menyimpan semuanya dalam harapan dalam diam.
Terimakasih untuk cinta dan cerita yang luar biasa ini.
Aku mencintaimu Jia.



Thursday, 27 August 2015 0 comments

Sepotong Kisah Kita

Malam ini aku kembali menangis. Menumpahkan semua beban yang akhir-akhir ini terus membelenggu perasaan. Bukan yang pertama memang, namun hari ini benar-benar saat terberat. Kamu bilang, perbedaan bukan halangan menyatukan aku dan kamu menjadi kita. Aku terus berusaha mengerti dan lebih mengenal karaktermu. Tidak ada yang berubah.

Sejak pertama hingga detik inipun, kamu masih sama. Laki-laki yang membuatku jatuh cinta, tidak hanya sekali namun berkali-kali. Meski kadang karenamu airmata mengalir dari kedua pelupuk mataku. Aku ingin terus jatuh cinta padamu, meski takdir mungkin tidak akan pernah menyatukan kita untuk selamanya.

Malam ini, mungkin akan menjadi saat terakhir kita. Karena setelah ini, kita akan kembali menjadi aku dan kamu. Dua sosok yang pernah saling mencintai lalu bersama namun, kemudian terpisah. Apa aku akan menyesali keadaan ini?

Dari wechat aku mengenalmu. Menjadi sosok yang perlahan mengagumi kedewasaan dan misteriusmu. Apa kamu tahu apa yang aku rasakan saat itu? Aku seperti menemukan sebuah baterai untuk ponselku yang telah lama mati. Mungkin terlalu berlebihan, namun itu adalah nyata.

Kehadiranmu memberi satu semangat baru, meski saat itu aku tidak pernah yakin apa kamu akan terus peduli padaku. Karena hampir semua temanku di wechat dalam jangka waktu tertentu akan menghilang.

Namun, saat itu kamu berbeda. Kamu terus menjadi teman dalam bosanku, kepenatanku. Hingga semuanya berlanjut ke line. Dari situlah kita semakin dekat. Banyak hal kita ceritakan, kita saling berbagi.

Tapi, apa yang aku takutkan terjadi. Kamu menghilang, tidak lagi peduli padaku. Padahal saat itu ada tunas cinta tumbuh, yang seharusnya kamu pupuk agar terus berkembang dan mekar menjadi cinta yang kuat.  Aku menunggumu, terus menunggu. Hingga hadir sosok lain memaksa masuk ke dalam kehidupanku. Bukan aku tidak ingin terus menunggumu, namun aku bosan dengan sikapmu yang benar-benar melupakanku. Dan sosok itu datang memapahku, meski akhirnya luka dia torehkan di hatiku.

Luka itu masih basah ketika kamu kembali datang. Menawarkan harapan yang dulu aku inginkan. Hingga tiba saat dimana malam itu kita bertemu. Untuk pertama kalinya. Malam itu, mendekati pukul sebelas malam, kamu datang.

Di awal musim dingin, November tahun lalu. Angin yang berhembus semilir, tidak dingin juga tidak terasa panas. Di dalam mobilmu, aku dan kamu saling bercerita tentang rasa. Rasa yang ternyata sama-sama tumbuh di antara taman hati kita. Rindu yang menggebu ketika waktu seakan memisahkan kita.

Hingga janji untuk menyatukan kedua hati terucap. Malam itu aku dan kamu resmi menjadi kita. 5 november 2014 kita bersama. Kita memang aneh. Malam itu pertama kita bertemu, meski kita sudah lama saling mengenal. Namun cinta itu kuat hingga bisa menyatukan kita.

Waktu terus berjalan, banyak cerita yang kita cipta. Semakin lama aku semakin mengenalmu. Satu hal yang kadang membuatku ingin terus tersenyum mengingatmu, mengapa wajah kita bisa sama-sama bulat. Mungkin inilah takdir itu.

Hidup itu memang terus berputar. Begitu juga dengan kebersamaan kita. Tidak hanya bahagia namun juga luka dan lara tidak luput dari kisah kita. Aku yang begitu trauma dengan masa lalu, menjadikanku sosok yang overprotektif, dan aku sadari itu yang membuatmu tidak nyaman.

Dan pada akhirnya, kamu menjauh. Kamu hanya bilang jika aku tidak mengertimu. Tentang apa? Yang mana? Bagaimana aku mengertimu, jika kamu memilih diam. Apa kamu lupa aku bertanya dan belajar mengertimu, namun kamu acuh.

Agama kita, kewarganegaraan kita, status sosial kita. Apakah itu yang membuatku tidak mengertimu, tidak memahamimu? Apakah perbedaan-perbedaan itu yang membuatmu kini menyerah? Bukankah kamu pernah bilang, semua itu tidak akan berpengaruh dengan cinta kita. Mengapa kini kamu berubah. Apakah cinta kita sudah tidak sanggup menepis semua masalah itu.

Aku terus berusaha mempertahankan apa yang telah kita bangun. Namun apa arti semua itu, jika kamu tidak berjuang juga untuk kita. Apa semua perjuangan itu akan bermakna jika kamu memilih diam.

Jika pergi dari hidupku, sekarang menjadi pilihanmu maka pergilah. Biarkan aku di sini dengan luka yang akan aku balut dengan cinta yang masih utuh dan kian besar untukmu. Karena aku yakin, besarnya cintaku akan membuat luka itu segera mengering.


Percayalah, aku akan baik-baik saja meski kamu melukis luka di hatiku. Yakinlah, cintaku tidak akan pernah berubah, tidak  akan pernah. Aku rela jika kamu benar-benar pergi. Aku harap kepergianmu bisa membuatmu lebih bahagia. Kelak, jika kamu berubah pikiran. Jika kamu ingin kembali. Kembalilah, aku tetap sama, tetap di sini menantimu. Mencintaimu di sisa umurku. Karena hanya itu yang bisa membuatku bahagia, melupa atas luka-luka. (104.08.23)


Friday, 3 July 2015 0 comments

Hati yang Terperangkap

 
 
"Tutup matamu ketika kau merindukanku. Tarik napasmu dalam dan rasakan aku menghampirimu." Suara Jia masih sangat terdengar jelas.
 
 
Lelaki itu sudah menghipnotis hidupku. Entah pesona apa yang dia sebarkan sehingga membuatku begitu tergila-gila padanya.
 
Dari fisik sepertinya tidak ada yang istimewa. Tidak tinggi, sedikit mendekati gemuk. Rambut yang sering acak-acakan. Perokok pula. Hanya wajahnya hampir mirip denganku, bulat.
 
Namun hatinya yang aku kenal begitu istimewa. Ada ketulusan dan sebuah penghargaan tinggi yang diberikan padaku. Ya, lelaki itu sanggup menghargai prinsip yang kupegang teguh.
 
 
Dan kini, hatiku telah terperangkap dalam pesona hatinya. Apapun yang telah terjadi tidak sanggup mengeluarkan aku dari perangkap ini.  Aku bahagia meski kadang terasa menyakitkan.
 
 
莉莉@板橋
104年7月3日

Thursday, 2 July 2015 0 comments

Ketika Aku Sadar Jika Aku Gemuk Sekali (Aku Harus Berubah)

Selama ini aku memang sadar jika aku gemuk. Sejak usia lima tahun aku memang sudah menunjukkan jika tubuhku ini pasti akan terus bertambah gemuk, tidak seperti teman-teman seusiaku. Aku termasuk cuek dengan penampilan, meski kadang merasa tidak PD juga. PD yang selalu kutunjukkan sebenarnya hanya menutupi kegalauanku, kenapa aku harus gemuk.
 
Sampai sekarang aku masih berpikir ini adalah keturunan, nenek dari Ibuku gemuk. Sejak kecil aku menyalahkan Nenek, mengapa nenek harus gemuk hingga harus menurun ke aku. Padahal kalau melihat masa balitaku, aku termasuk anak yang sangat kurus hingga orangtuaku memberi jamu secara rutin agar nafsu makanku meningkat, mungkin berasal dari jamu itulah nafsu makanku meledak hingga sekarang.
 
Ok, aku sadar tidak ada gunanya menyalahkan masa lalu. Bersyukur adalah caraku menghibur diri. Meski gemuk tapi alhamdulillah aku sehat, itu juga menjadi semangatku.
 
Beberapa tahun lalu aku pernah mencoba program detox,  dua kali aku mencoba. Turun memang, namun setelah itu beratku kembali lagi. Jutaan rupiah melayang percuma. Mungkin aku akan disalahkan karena setelah detox tidak menjaga asupan yang masuk ke tubuh. Dan aku katakan, aku tidak akan pernah membuang uang hanya untuk membeli obat-obatan seperti itu. Dan yang menjadi pertanyaan, selama detox aku hanya diberi arahan cara meminum obat-obatan itu. tidak peduli bagaimana kesehatanku dan keluhan-keluhan yang ada.
 
Akhir-akhir ini aku mencoba banyak diet alami, alhamdulillah berat turun meski hanya beberpa kilogram, namun tidak naik-turun secara drastis seperti dulu.
 
Dan hari ini, aku sengaja janjian dengan teman, 大原(Dayuan). Aku mengenalnya sudah lebih dari satu tahun. Dia lahir dari keluarga yang berprofesi sebagai tenaga medis, Ayahnya seorang dokter, Ibunya salah satu suster di RS terkenal di Taipei. Beberapa hari terakhir memang kita berniat makan malam bersama, tapi karena kesempatan yang terbatas, maka aku tolak. Dan baru malam ini kita bisa bertemu.
 
Aku tidak mau bahas pekerjaan dia, tapi aku mau menulis tentang hasil konsultasiku dengan dia. Aku hanya bisa tertunduk, malu pasti.
"Semua belum terlambat, kamu bisa menurunkan berat badan. Semangat ya." Itu yang Dayuan ucapkan.
 
Aku tertunduk meski sebenarnya ingin berontak lalu berteriak. Bagaimana tidak, ketika hasil menunjukkan 40persen dari tubuhku berisi lemak, dimana seharusnya wanita hanya mempunyai 20-22 persen lemak, itu normalnya.
 
Sedangkan cairan tubuhku ternyata di bawah normal, padahal aku merasa selama ini selalu mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh. Dan di sinilah aku benar-benar berjanji untuk menghilangkan lemak-lemak itu. Dan malam ini aku benar-benar sadar jika aku gemuk sekali dan aku harus benar-benar total untuk mengurangi timbunan lemak ini. Bukan demi siapa atau apa, namun ini demi kesehatan. Mungkin sekarang aku masih sehat namun lemak-lemak ini semakin lama akan mengganggu kesehatanku.
莉莉要加油啊!
 
莉莉@板橋
104年7月2日
Wednesday, 1 July 2015 0 comments

Welcome July


Dear July,
 
Hari ini aku kembali menyentuh kepalamu. Aku ingin kembali menikmati seutuhnya tubuhmu. Kau tahu sebabnya bukan? Ya aku terlahir di tubuh Juli, dua puluh tahun silam.
 
Aku baru saja menyentuh kepalamu, masih banyak yang harus aku lakukan untuk bisa menyentuh seluruh tubuhmu. Dan di saat itu nanti, aku berharap sesuatu yang bisa merubah semua hidupku. Kau tahu kan Juli, apa harapan terbesarku saat ini.
 
 
.................................................................

0 comments

Meraihmu (Kembali)

 
Perjuangan cinta tidak akan pernah ada habisnya. Kadang aku juga merasa lelah. Bukan hanya fisik tapi hati jauh lebih merasa lelah. Cinta membuatku kuat, namun juga membuatku tidak berdaya.
 
Cinta ini sudah terlanjur mengakar, bahkan hati sudah menetukan pilihan. Kau yang kupilih, hanya kau. Dan sejak ikrar itu cobaan demi cobaan datang silih berganti. Tidak jarang kita saling menguatkan, namun sering kita ingin menyerah.
 
Dan sebulan terakhir ini adalah perjuangan terberatku. Ada apa denganmu, Jia? Apakah kau menyerah dengan semua ini. Lihat aku! Aku masih bertahan.
 
Maaf, jika kuambil keputusan ini untuk meraihmu kembali. Ijinkan aku berada di balik sosok itu, biarkan aku merasa dekat lagi denganmu. Meski pada kenyataannya aku merasa sakit dekat denganmu namun bukan sebagai aku, tapi sebagai sosok lain.
 
Aku sudah siap dengan segala resiko, jika kelak kau tahu ada aku di balik sosok itu. Aku sudah siap jika kau memutuskan pergi, namun aku juga akan membuka lebar jika kau kembali meraihku dalam pelukmu.
 
 
莉莉@板橋
104年6月30日
Monday, 29 June 2015 0 comments

Melepasmu

Kadang melepaskan bukan akhir dari segalanya, melepaskan adalah ujian terindah untuk sebuah keikhlasan. Tidak ada yang perlu kita sesali ketika melepaskan menjadi keputusan terakhir.
 
Ingatlah, kadang kebahagiaan itu akan menghampiri kita ketika kita telah melepaskan sesuatu yang berharga. Begitu melepaskan kekasihmu, ingatlah melepaskannya mungkin akan lebih jauh membuatmu bahagia. Karena tidak selamanya kekasihmu bahagia bersama kita, memang tidak semua tapi perasaan itu aku yakin pernah hadir di dalam benaknya.
 
 
Melepaskan, memang akan menyakitkan dan berat untuk menjalaninya. Akan tiba waktu dimana kita akan merasa sendiri, tidak ada lagi dia di sisi kita. Kenangan-kenangan yang pernah tercipta akan menghantuimu, akan mengusik kehidupanmu. Akan membuatmu sulit move on.
 
Namun percayalah, melepaskan itu bukan keputusan terburuk. Kadang kita perlu melepaskan ketika kebahagiaan yang pernah tercipta mulai rapuh, digerogoti rasa sakit dan menciptakan luka di hati. Melepaskan bukan kesalahanmu ataupun kesalahan dia, melepaskan adalah jawaban dari keadaan yang membuat hubungan di antara kedua insan tidak lagi sejalan.
 
 
Jia, aku melepasmu, namun aku hadir di balik sosok itu untuk meraihmu kembali.
Cinta ini terlalu kuat, aku akan terus bertahan untukmu, untuk kita dan untuk cinta.
 
 
莉莉@板橋
104年6月29日

Jumlah Pengunjung Blog

 
;