Saturday, 27 June 2015

Tentang Rasa


Sepiring mie goreng kesukaanku tersaji di atas piring berbentuk hati. Aku berusaha memadu semua bumbu yang biasa aku pakai untuk memasaknya, kutambah sedikit sawi, sayur kesukaanku.

Dari aromanya sepertinya pas, mungkin agak sedikit pedas. Perpaduan cabai dan merica mungkin akan membuatnya pedas. Ya tapi aku memang suka pedas, meski kadang perutku berontak juga.

Dan ketika tiba waktu berbuka, setelah makan tiga buah kurma dan segelas jus kacang hijau. Dan tentunya setelah kewajiban utama tertunaikan, kuhampiri piring berbentuk hati yang berisi mie goreng dengan sedikit nasi di pinggirnya.

Oh My God, pedas pakai banget plus asinnya itu lho, hiks....

But kalian tahu apa yang aku rasakan?

Pedas itu sangat berarti untukku, setidaknya menikmati pedasnya mie goreng itu membuatku sedikit lupa dengannya, ya dengan laki-laki berperawakan tidak kurus juga tidak gemuk itu. Laki-laki berkacamata yang telah menjerat hatiku setahun terakhir ini. Pedas itu membuatku sedikit lupa tentang rindu yang menyakitkan. Tentang rasa kangen yang mulai membuat luka.

Dan tentang asin itu, orang jawa bilang jika memasak dan keasinan artinya sudah ingin menikah. Mitos kuno, tapi bukankah itu masih selalu terdengar. Ya mungkin untuk saat ini memang itu benar untukku, bayangan segera menikah dan memiliki anak itu kian berkobar di hati. Aku ingin laki-laki tidak pernah romantis itu segera melamarku. Aku yakin dia jodohku, aku yakin aku dan laki-laki bermarga Zhang itu bisa berjodoh, namun bukankah semuanya Tuhan yang menetukan. Aku tidak ingin menyerah, doa adalah perjuangan terakhir untuk memperjuangkan semuanya.

Tentang rasa, tidak perlu diragukan. Aku sudah yakin, jika Tuhan tidak merestui karena Tuhan tahu dia bukan yang terbaik untukku dan aku percaya Tuhan sudah menyiapkan kebahagiaan yang lebih di depan sana. Aku tidak boleh menyerah, aku harus terus maju dan berjuang.


嘉,我很想你

莉莉@板橋
104年6月27日

0 comments:

Post a Comment

Jumlah Pengunjung Blog

 
;